Trik Jitu Bisnis Mi Ayam Ala Syamsu Irman

Posted by Kliping Sinopsis Berbagai Berita Dunia Offline

kliping offline, kliping media

Jangan pernah takut menjalani bisnis yang umum dilakukan banyak orang, bisnis itu akan lebih maju dibandingkan competitor. Seperti halnya berjualan mi ayam. Syamsu Irman (46) punya trik jitu bagaimana cara mengembangkan usaha mi ayam.

Siapapun pasti berpikir seribu kali jika ingin berjualan mi ayam. Sebab, pedagang mi ayam sudah bejibun. Hampir di setiap sudut kota ada pedagang mi ayam.

Barang kali orang akan mengatakan, “Kalau enggak kepepet banget enggak bakalan jualan mi ayam.” Pendapat itu tak selamanya benar jika Anda tahu cara mengelolanya. Artinya jualan mi ayam itu bisa berkembang pesat, bahkan bisa menjadi salah satu pendapatan utaman Anda.

“Kebanyakan peserta pelatihan mi ayam Sehati adalah karyawan yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan, atau karyawan kontrak yang sedang menyiapkan diri untuk membuka usaha mandiri, disamping orang yang belum memiliki pekerjaan atau pengangguran,”ujar pendiri mi ayam Sehati, Syamsu Irman, belum lama ini.

Usaha mi ayam sehati merupakan usaha bersama yang dibangun oleh delapan anggota mastermind komunitas Tangan Di Atas (TDA) Cikarang, salah satunya Syamsu Irman, yang kini lebih fokus pada usaha pelatihan bisnis.

Hingga kini, Syamsu sudah melatih sekitar 600 orang dari berbagai daerah. Mereka diajarkan membuat mia ayam sekaligus cara mengelola usaha tersebut.

Diakuinya, peserta terbanyak yang mengikuti workshopnya adalah para anggota TDA, sebagian lagi para pensiunan dari instansi pemerintah dan BUMN serta perorangan.

Terakhir kali, Syamsu melatih 40 orang dalam workshop yang digelar TDADepok. Terbanyak, dia pernah melatih 300 orang dalam milad TDA bekasi ke-2, beberapa bulan lalu.

Adji Wardjojo, Ketua TDA Kota Depok, menyatakan, dia sengaja mengundang Syamsu Irman untuk memberikan inspirasi kepada para anggota yang masih bingung memilih bidang usaha yang akan digelutinya.

Saat ini, katanya, banyak anggota TDA Depok yang masih berstatus karyawan dan mereka ingin segera “action”.

“Pelatihan ini merupakan salah satu solusi untuk mereka, karena selain illmunya mudah dikuasai, modalnya juga tidak besar. Dengan modal Rp. 300.000, kata Pak Syamsu, orang sudah bisa jualan mi ayam,”ujarnya.

Menurut Syamsu, untuk membangun usaha mi ayam itu murah, mudah, dan enggak pakai ribet. Artinya, siapa pun bisa melakukannya asalkan serius dan bersabar.

Untuk mengikuti pelatihan di workshop Syamsu Irman, setiap peserta hanya bayar Rp. 20.000 per orang. Asal mengikuti dengan sungguh-sungguh, peserta sudah bisa mahir membuat mi ayam. “Untuk membuka usahanya tidak perlu modal besar,”kata Syamsu.

Tidak heran bila sejumlah peserta segera action membuka kios mi ayam. Misalnya, Ari Oni, mantan karyawan Giant, membuat kios bersama lima kawannya di mastermind The Jatiasih , TDA Bekasi.

Ari Oni membuka kios tersebut di Kranggan tanggal 1 Juli lalu, tidak lama setgelah mengikuti pelatihan tersebut. Mereka membuka kios itu, bukan saja karena melihat pasarnya yang prospektif tapi juga ingin berbagi berkah dengan jalan membuka lapangan kerja.

“Saat ini, Alhamdulillah, sudah laku 30 mangkuk per hari. Untuk meningkatkan omset, perlu promosi lebih gencar lagi. Kami juga sudah merekrut tiga karyawan dari warga sekitar. Mereka anak-anak lulusan SMA, biar sekalian mereka belajar bisnis,”tambah Ari Oni.

 
Emperan Toko

Menurut Syamsu, minat masyarakat untuk mengikuti pelatihannya cukup besar. Buktinya, jadwal workshop selalu penuh. Dalam workshop itu, peserta dilatih untuk membuat mi hijau, bumbu minyak, bumbu mi ayam, membuat kaldu, membuat pangsit goring/basah hingga pengetahuan manajemen membangun usaha mi ayam.

“Semuanya bisa mereka kerjakan sendiri, dengan kreativitas masing-masing. Dari saya, mereka hanya membeli biang mi agar kualitas mi terjaga dan memenuhi standar,”ujar Syamsu yang pernah memiliki warung mi ayam di emperan toko di Karawang.

Usaha lapak itu hanya bertahan dua tahun karena tenaga kerjanya pulang kampong, sementara dia sibuk bekerja di sebuah pabrik kabel milik PMA Jepang.

Syamsu sulit membagi waktu antara pekerjaan dengan bisnis yang dijalaninya itu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan sejenak usahanya itu.

Tapi, sebelum lapaknya ditutup, Syamsu sempat berbagi ilmunya kepada teman-teman yang berminat buka usaha mi ayam. “Mereka bukan sekedar belajar dari saya, tapi juga memakai nama Perto, singkatan dari emperan toko,”ujar Syamsu.

Beberapa mitranya membuka lapak mi ayam di berbagai daerah seperti Bali, Tangerang, dan Lippo Cikarang.

“Tapi karena kesulitan membagi waktu, akhirnya usaha mi ayam itu saya tutup. Peralatannya saya kasih saja kepada orang yang berminat membuka usaha mi ayam,”ujarnya.

Syamsu mengaku belajar membuat dan berdagang mi ayam dengan mengikuti kursus di Jakarta, tapi dia mendapat resep mi ayam yang enak setelah melakukan eksperimen selama 1,5 tahun.

Selama itu, dia mencoba beberapa resep baru. Sampai akhirnya dia menemukan resep yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Rasa itu bukan dinilai olehnya sendiri melainkan oleh orang lain.

Kesenangan Syamsu berbagi ilmu semakin terbuka setelah bergabung dengan TDA Bekasi bulan April 2009. Katanya, berbgai ilmu memiliki kesenangan tersendiri. Dia tidak ingin ilmu yang dimiliki hanya untuk dirinya sendiri.



Diawali Dengan Makan Gratis

Di samping memberikan pelatihan, Syamsu Irman juga menyebarkan nilai-nilai luhur dalam berbisnis kepada masyarakat. Misalnya, setiap mitranya yang membuka wawrung mi ayam baru, dianjurkan agar mereka memberikan undangan kepada sedikitnya 50 orang untuk makan gratis pada hari pembukaannya.

Undangan makan gratis itu bukan saja untuk keperluan promosi tapi juga untuk mewujudkan cita-citanya agar aktivitasnya member manfaat kepada sebanyak mungkin orang.

“Kita ingin mulai usaha dengan member manfaat kepada orang lain, Insya Allah, kita juga akan menikmati keuntungannya,”ujar Syamsu. Cara itu, lanjutnya, juga sebagai bagian dari proses berbagi yang pernah dilakoninya.

Dengan niat baik, usaha pun akan berkembang dengan baik. Lagi pula dengan cara mengajak makan gratis, akan mendapat masukan dari para undangan tentang rasa, cara pelayanan, atau fasilitas yang memang dibutuhkan pelanggan. Dengan begitu, usaha yang akan dijalaninya akan lebih baik.

Selain itu, katanya, mitra usahanya juga diminta untuk menyisihkan sedekah minimal 2,5 persen dari penghasilannya. Hal itu sesuai anjuran pendiri TDA, Badroni Yuzirman alias Roni bahwa UKM pun bisa memberikan kegiatan CSR untuk memberdayakan masyarakat.

Belum lama ini, Roni bersama sejumlah rekan mastermind-nya menggelar pelatihan perbaikan handphone bagi warga Pademangan, Jakarta utara yang masih jadi pengangguran. Katanya, sedekah bukan saja dalam bentuk uang tetapi bisa juga dalalm bentuk jasa atau tenaga

Diakui untuk mengarahkan peserta memiliki usaha mandiri, tidak cukup hanya memberikan bekal keterampilan, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengubah mindset karyawan menjadi wirausaha. Mereka harus membuang jauh-jauh segala bentuk ketakutan untuk memulai usaha baru, membuang jauh-jauh segala bentuk ketakutan untuk memulai usaha baru, seperti takut usahanya tidak berjalan, takut rugi atau tidak bisa usaha karena tidak punya modal. “Kalau mendapat pertanyaan itu, saya selalu balik bertanya, gimana kalau nanti wawrung mi ayam nya banyak yang beli. Intinya, saya mengajak mereka berpikir positif,”ujar Syamsu.

Menurut dia, semua masalah pasti ada solusinya. Pernah seorang karyawan mengeluh bingung. Sebab dia ingin membuka usaha tapi belum berani resign. Dia hanya punya waktu libur Sabtu-Minggu. “Ya, sudah, saya bilang kenapa harus bingung? Buka saja hari Sabtu-Minggu, hari kerja libur. Nanti kalau sudah rame, baru rekrut karyawan. Alhamdulillah, usaha mi ayam itu sekarang jalan. Tidak ada masalah seperti yang dibayangkan sebelumnya,”kata Syamsu.

 
Sinopsis Berita kota, 25 Juli 2010


Related Post