Jamur Konsumsi, Prospeknya Lebih Bagus Untuk Ekspor

Posted by Kliping Sinopsis Berbagai Berita Dunia Offline

jamur tiram, merang, kuping, shiitake, abalon
Dengan permintaan yang kian meningkat, Indonesia sebagai salah satu pemasok jamur dunia merasa kewalahan. Padahal bila dikembangkan lebih lanjut dan serius tidak mustahil Indonesia bakal menggeser negar-negara pemasok lainnya. Sebab kualitas jamur kita lebih baik dibandingkan jamur RRC, sebagai pemasok jamur terbesar.

Jamur, baik jamur merang, champignon maupun jamur-jamur kayu  belum menjadi sayuran favorit yang dijadikan menu sehari-hari bagi kita. Maka pantaslah bila belum semua orang mengenal dan mengkonsumsi  jamur, apalagi jamur kayu yang belum begitu popular, “Mungkin karena kurang promosi dan banyak yang mengganggapnya jamur itu beracun” tutur Herma Sutjiptodan Million, masing-masing dari PT Girimas Swaguna yang bergerak di bidang produksi jamur, dan dari Hero Swalayan. Ini berbeda dengan masyakarat Negara maju yang mengkonsumsi jamur sebagai menu sehari-hari.

Negara maju yang menjadi konsumen jamur terbesar ada 8, yaitu, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, hongkong, Belanda, Belgia, dan Italia. Perkembangan import jamur kalengan kedelapan Negara terlihat pada table 1.


Tabel 1. Perkembangan Impor Jamur Oleh 8 Negara Konsumen Utama
Tahun 1984-1988 (US$ juta)



Negara
1984
1985
1986
1987
1988
Amerika
549,39
524,55
525,99
574,00
602,94
Jerman
542,77
486,00
638,54
778,18
650,16
Jepang
144,58
138,79
158,89
228,11
220,30
Hongkong
49,09
42,02
53,86
84,21
117,43
Belgia
98,31
95,59
122,26
157,63
109,48
Inggris
198,02
181,39
239,19
294,21
108,60
Belanda
76,53
85,50
117,83
147,55
101,92
Italia
79,49
97,92
120,23
162,42
145,18
Sumber ITC (International Trade Center)

Sementara pemasok jamur utama kepasaran dunia ada 7 negara, yaitu Republik Rakyat Cina, Negeri Belanda, Spanyol, Perancis, Belgia, Jerman dan Thailand.  Perkembangan ekspor mereka ada pada table 2.


Tabel 2. Perkembangan Ekspor Jamur dari 7 Negara Pemasok Utama
Tahun 1984-1988 (US$ juta)



Negara
1984
1985
1986
1987
1988
RRC
214,98
237,48
349,24
456,81
212,09
Belanda
274,77
222.32
304,05
396,44
381,16
Spanyol
277,79
271,57
288,66
356,76
375,48
Perancis
177,89
185,15
232,83
246,29
261,19
Belgia
94,22
102,51
152,18
190,06
178,06
Jerman
46,77
50,26
78,46
110,88
122,22
Thailand
7,04
10,57
15,95
42,93
45,55
Sumber: ITC


Lebih Banyak Impor 

Sampai sekarang pasar jamur di Indonesia belum begitu ramai. Padahal permintaan jamur dunia setiap tahun meningkat. Selama tahun 1984-1988 saja terjadi peningkatan impor dunia sebesar 7,4 persen pertahun. Dengan nilai impor mencapai US$ 2.25 milyar pada tahun 1984 naik menjadi US$ 2.54 milyar pada tahun 1986, dan menjadi US$ 2.60 milyar pada tahun 1988.

Kenaikan permintaan yang demikian besar disamping karena rasa jamur memang begitu lezat, juga karean isu, bahwa jamur dapat mengobati beberapa penyakit seperti hipertensi dan kanker. Selain itu juga karena semakin menjamurnya rumah makan oriental (masakan Cina dan Jepang) di Negara-negara maju itu.

Nilai ekspor jamur Indonesia yang hanya US$ 0.14 juta pada tahun 1984 naik menjadi US$ 1.25 juta pada tahun 1985 dan US$ 2.87 pada tahun 1986. Pada tahun 1987 sebesar US$ 4.36 juta kemudian naik lagi menjadi US$ 10.85 juta pada tahun 1988. Sampai sekarang kita juga masih tetap mengimpor jamur dari beberapa negara, yang nilainya lebih tinggi daripada ekspornya (Tabel 3 dan 4)

Tabel 3. Impor Jamur Indonesia dari Tahun 1986-1990



No
Tahun
Negara Asal
Volume
Nilai (US$)
Keterangan
1
1990
Australia
550
732
Segar dan beku


Jepang
1.366
2.350
kering


Korea
1.000
6.310



Taiwan
99
418



RRC
75.719
142.012



Singapura
8.415
7.827



Amerika
137
125



Kanada
5
80

2
1989
Australia
188
7.860
Segar dan beku


Korea
15
89
kering


Jepang
1.202
8.033



Hongkong
7.880
4.979



Korea
830
4.927



Taiwan
3.520
19.897



RRC
89.028
115.588



Singapura
7.175
8.936



Amerika
1.450
11.898



Belanda
1.350
1.031

3
1988
Jepang
16.439
20.036
kering


Korea
5.230
5.137



Taiwan
9.895
10.597



RRC
59.891
65.937



Singapura
3.715
2.914



Australia
120
86



Amerika
9.230
6.145



Perancis
3.000
1.513



Italia
1
2



Malaysia
30
41

4
1987
Jepang
9.632
7.893
kering


Hongkong
15
121



Korea
410
672



Taiwan
4.239
5.345



RRC
47.477
42.366



Singapura
5.333
11.600



Malaysia
1.980
1.627



Belanda
4.944
6.059

5
1986
Jepang
5.810
7.222
kering


Hongkong
10.250
12.241



RRC
16.548
10.414



Singapura
8.753
11.255



Belanda
60
148

Sumber: BPS


Tabel 4. Ekspor Jamur Indonesia Tahun 1987-1990



No
Tahun
Negara Asal
Volume
Nilai (US$)
Keterangan
1
1990
Jepang
27.879
75.927
Segar dan


Singapura
30.101
9.050
beku


Singapura
216
2.667
Kering
2
1989
Jepang
110
605
Segar dan


RRC
2.000
5.350
Beku


Singapura
430
1.962



Jepang
90
9.746
Kering


Singapura
200
2.378

3
1988
Jepang
326
16.158
Kering


Singapura
10.000
5.871



Malaysia
340
242



Amerika
5.000
3.957

4
1987
Singapura
330
1.559
Kering


Malaysia
450
90

Sumber: BPS

Beragam jamur yang beredar di pasaran

Dari berbagai jamur yang beredar dipasaran selama ini, yang paling luas dipasarkan ke seluruh dunia sejak dahulu adalah jamur merah dan champignon. Meskipun champignon ini masih dibagi lagi menjadi beberapa macam jamur, tetapi hanya satu istilah saja yang dikenal, yaitu champignon. Dan sekaranng ini jumlah itu bertambah lagi dengan jamur-jamur kayu yang beragam, seperti jamur kuping hitam, jamur kuping merah, dan jamur kuping putih atau agar yang di Indonesia di jual hanya dalam bentuk kering dan diimpor dari Cina.

Kemudian jamur payung shiitake dan jamur tiram yang terbagi menjadi jamur tiram putih, tiram pink, tiram putih lebar dan abalon. Umumnya jamur ini dipasarkan setelah dikalengkan, dikeringkan, dan dalam keadaan segar.


Pasar dalam negeri

Di pasar domestik, yang paling sering diminta konsumen adalah jamur merang, champignon, kuping,  dan akhir-akhir ini shiitake, baik dalam bentuk segar, kering, maupun yang dikalengkan. Tetapi pasar internasional lebih beragam lagi permintaannya. Selain semua jamur yang di sebut di atas, masih ada beberapa jenis jamur lain yang belum lazim dibudidayakan di Indonesia, seperti jamur morel, lin tzi, boletus dan lainnya.

Di pasar-pasar tradisional yang tersedia biasanya hanya jamur merang dan sekali-kali kuping segar maupun kering. Jamur merang segar rata-rata dijual dengan harga sekitar Rp. 3.200-3.500 per kilonya, sementara jamur kuping sekitar Rp. 4.000-Rp. 6.000 per kilo segar dan Rp. 7.500-Rp. 10.000 untuk yang kering. Menurut beberapa pedagang di pasar Kebon Kembang-Bogor, konsumen terbesar jamur setiap harinya adalah restoran-restoran Cina.

Di pasar swalayan Hero dan Gelael, jamur yang tersedia lebih beragam, ada shiitake segar dan kering (hioko), champignon, shimeji, hiratake, abalon, merang, kuping putih, kering dan kuping hitam segar serta kering. “Tapi pasaran jamur di sini tidak ramai seperti sayuran lainnya, jadi ya, lakunya tidak menentu” keluh Andul Murni, dari bagian fresh and fruit vegetable Gelael.

Sementara di Hero pasarnya agak lumayan ramai, “Secara global yang paling laku sekarang ini adalah shiitake, setelah champignon” jelas Million dari bagian fresh fruit & vegetable Hero, “Dan sedikit-sedikit jamur kuping segar”tambahnya. Konsumsi Hero untuk masing-masing jamur per dua hari rata-rata 3 kg jamur kuping segar dengan harga Rp. 7.000 per kg, shiitake 3 kg dengan harga jual Rp. 15.000/kg, hiratake 1-2 kg yang dijual dengan harga Rp. 850/100 g, abalon 3 kg/100 g dijual dengan harga Rp. 900, 3-4 kg jamur merang perkilo Rp. 4.500, shiimeji satu kilo dan 10 kg champignon, masing-masing untuk satu outlet.



Volume ekspor

Sementara itu permintaan ekspor untuk Singapura yang datang ke PT Arta Sari kencana, meliputi jamur shiimeji, abalon, kuping hitam dan shiitake sebanyak 200 kg per minggu per jenis jamur sampai sekarang belum bisa terealisir. Dalam satu hari selama ini mereka hanya mampu memasok sekitar 30-35 kg jamur kuping kering. Selain itu permintaan Jepang sebanyak satu kontainer per minggu untuk empat jenis jamur juga sama sekali belum bisa dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar-pasar swalayan dan restoran Jepang di dalam negeri, selama ini setiap harinya mereka rutin memasok sekitar 50 kg shiitake, 20 kg shimeji, 20-30 kg abalon, dan 100 kg jamur kuping segar.
Permintaan jamur champignon dari Kanada, Amerika dan Jepang kepada PT Evergreen sampai sekarang belum bisa terpenuhi. “Produksi kita sekarang ini baru sekitar 2 ton per hari, padahal untuk ekspor produksi minimal 15 ton per hari. Jadi kita belum dapat memenuhi permintaan mereka”tutur Ali Hadi, General Manager perusahaan jamur itu.

PT. Nusantara Agroswadaya industri (PT NAI) juga kewalahan memenuhi permintaan jamur merang yang datang dari Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, Swedia, Amerika, Jepang, dan Taiwan. Pasar terbesar selama ini adalah Inggris, Jerman dan Amerika. Rata-rata masing-masing negara membutuhkan 6 kontainer per bulan (satu kontainer 20 ton).


Pasar lokal

Menurut niti Arjuno, dari Factory Departement PT NAI, “Kalau dipenuhi semua bisa sampai 50 kontainer permintaan per bulannya. Kita belum sanggup memenuhi permintaan sebesar itu. Produksi kita rata-rata per hari baru sekitar 800 kg saja”tuturnya. Sementara pasaran domestik menurut Niti Arjuno kurang menggairahkan, “Untuk pasaran Bogor, Sukabumi, dan sekali-sekali Jakarta, sebanyak 400 kg jamur merang yang tidak layak ekspor saja sering tidak habis”

Padahal di Jawa Tengah permintaan tidak pernah berhenti mengalir. “Pada hari-hari besar seperti lebaran, natal, imlek, dan tahun baru biasanya melonjak  sampai 20 persen” tutur Sumardiono, petani jamur merang dari Solo, yang biasa memasok 60 kg jamur merang kepasar-pasar dan rumah makan di Solo dan Semarang. Sementara itu George SA, petani jamur merang di Pati-Jawa tengah, mampu memproduksi 200 kg perhari yang dipasarkannya di Pati kemudian juga Semarang, Kudus dan Solo. Untu k  ke empat kota itu 200 kg dirasakannya masih kurang, tetapi ia belum belum bisa memastikan berapa kurangnya.


Beberapa kendala

Agaknya kendala yang dihadapi para pengusaha jamur selama ini adalah sulitnya memperoleh bahan baku seperti bibit dan media tanam secara kontinu serta biaya produksi yang belum bisa ditekan dan langkanya tenaga ahli jamur. Selain itu juga belum memasyarakatnya minat mengkonsumsi jamur di dalam negeri sehingga agak menyulitkan pemasarannya.

Karena itu wajar saja bila belum banyak pengusaha yang tertarik untuk mengusahakan jamur, padahal kalau usaha iini digarap secara serius dan dalam skala industri, tidak mustahil kita dapat menggeser posisi, mengalahkan Thailand, Jepang dan RRC.

Sinopsis
Trubus, 271 TH XXIII- Juni 1992

Related Post