Derita Martha Tilaar, Awal Suksesnya

Posted by Kliping Sinopsis Berbagai Berita Dunia Offline


“Ada kemungkinan pre-menopuase (mati haid),”Ujar dr. Sutradji. Vonis ginekolog di Jakarta itu bak petir di siang bolong. Kesedihan mendalam langsung menyelimuti Martha yang ketika itu telah berusia 41 tahun. Perjuangan selama 11 tahun untuk memperoleh keturunan sia-sia belaka. Tangisan yang tak kunjung henti tidak bisa menghapus penyelesaiannya. Ia tak mengerti, air mata yang jatuh itu pertanda awal serentetan keberhasilan yang kemudian diraihnya.

Untung saja Prof. DR. HR Tilaar tak langsung menyerah. “Periksa saja di laboratorium,”kata suami Martha itu. Timbullah secercah harapan saat mendengar nasehat sang suami. Setelah melewati serangkaian tes termasuk kehamilan, hasilnya ternyata di luar dugaan. “Positif!,” seru Martha. Ia pun tak bisa menahan kegembiraan.

Sayangnya dokter masih meragukan hal tersebut. Ia diharuskan menunggu tiga bulan kemudian. Perasaan harap cemas terus menyelimutinya. Akhirnya, kepastian datang setelah dokter mengatakan bayinya dalam keadaan baik. Keberhasilan itu juga menjadi bukti keampuhan ramuan obat tradisional.

Pakai Jamu

Dengan telaten nenek Martha “mengobati” sang cucu dengan resep sianya. Rahim yang mengecil akibat efek samping birth control pill perlahan mulai membaik. Pil yang dikonsumsi saat berada di luar negeri selama 5 tahun itu memang tergolong sulit diatasi. Tak kurang usaha Martha untuk mengobatinya. Konsultasi ke ahli kandungan dan kemandulan di Belanda sampai ke ginekolog Switzerland, telah dilakoni. Namun hasilnya tetap nihil.

Dengan bantuan sang nenek, “Setiap 2 kali seminggu saya minum jamu dan bobokan jamu,”kenang iu 4 putra itu. Bahannya kedelai, jae, bawang putih, kecambah, kacang hijau, tapak liman, dan sebagainya. Akhirnya dalma tempo 5 tahun, ramuan manjur tersebut memperlihatkan khasiatnya.

Keberhasilan itulah yang lantas membukakan pandangannya terhadap potensi ramuan tradisional Indonesia. “Kekayaan budaya adalah identitas bangsa yang harus di gali,”janji Martha saat lulus dari Academy of Beauty Culture, Indiana, Amerika Serikat.

Mencoba Sendiri

Berbekal pengalaman emas tersebut, Martha makin berani memperkenalkan beragam produk tradisional. Terutama yang berhubungan dengan kewanitaan, seperti kecantikan. Lewat salon kecantikan berukuran 4 x 6 m, ia mengembangkan dunianya. Tak segan-segan ia melakukan berbagai percobaan untuk menemukan formula yang tepat. Seluruh tahap dikerjakan sendiri. Mulai dari menyiapkan bahan, membersihkan, menggiling, dan sebagainya.

Tak hanya itu, wanita yang meraih doktor kehormatan Fashion Artistry dari University of Tuscon, Arizona, Amerika Serikat, sekaligus jadi kelinci percobaan. Pernah sesekali kulitnya mengalami masalah lantaran kesalahan formulasi. Namun hal tersebut bukanlah halangan untuk terus mencari formulasi produk yang tepat. Apalagi Martha mempelajari secara ilmiah ilmu kecantikan ala barat yang notabene lebih maju. Pengetahuan tersebut lalu diterapkan di sini dengan menggunakan bahan-bahan lokal.

Dari sekkedar salon, usaha pemilik pabrik dengan 6.500 karyawan itu berkembang pesat. Di penghujung 1981 diresmikan pabrik PT Martina Berto. Manajemen yang dikelola dengan baik makin cemerlang dengan bantuan SDM bermutu. “Kita berusaha menggali tradisi dengan scientific approach, “kata Martha. Selanjutnya dilakukan diversifikasi usaha dengan mendirikan PT Martha Beauty Gallery dan PT Sari Ayu Indonesia.

Konsistensi

Selain kecantikan, hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan pun ikut dikembangkan. Menurut Martha, wanita yang sehat berarti juga cantik. Kecantikan berasal dari luar dan dalam. Karena itu ia tak pernah meremehkan masalah kesehatan.

Disesuaikan dengan siklus kehidupan wanita, beragam produknya dibagi atas tingkatan umur dan perkembangan tubuh wanita. “Setiap problem pasti kita carikan obatnya,”ungkap Martha. Contohnya saat remaja terjadi hormonal disturbances, maka diciptakan jamu untuk sakit haid, jerawat, bau badan, dan sebagainya.

Masalah wanita benar-benar diperhatikan. Selain keputihan, ia menciptakan terapi kemandulan untuk penyembuhannya. Untuk menyuburkan rahim diformulasikan pil “wulandari”. Ramuan ini berasal dari resep nenek Martha yang telah teruji kehandalannya. Tak heran bila tanggapan dari masyarakat pun sangat positif.

Cara pengobatan yang diberikan tergolong intensif baik oral maupun topical. Proses pembuatannya difokuskan lewat bahan ekstraksi dengan bantuan mesin. Agar higienis seluruh proses telah melalui sterilisasi. Hal ini untuk menjaga konsistensi bahan yang terkandung di dalamnya.

Di samping cara tersebut, dilakukan peta sentra bahan baku. Konsistensi bahan aktif dalam hal ini bisa dipertahankan. Cara itu juga memudahkan bagian produksi untuk memperoleh bahan baku sesuai kebutuhan. Tak lupa dibentuk kemitraan dengan sejumlah petani untuk memastikan kontinuitas bahan baku.

Dengan segala usahanya, Martha bisa mengembangkan sayap. Dari omset Rp. 500-milyar, 10% di antaranya dihasilkan dari ekspor jamu dan produk lain. Malaysia, Timu Tengah, adalah sebagian pasar yang sedang digarap.

Sinopsis majalah Trubus 375, Februari 2001

Related Post